Teman Muda, tahukah kamu jika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal 2 April sebagai Hari Kepedulian Autisme Sedunia? Tema peringatan untuk tahun ini adalah Inclusion in the Workplace: Challenges and Opportunities in a Post-Pandemic World atau dalam Bahasa Indonesianya “Inklusi Dalam Dunia Kerja: Tantangan dan Peluang Di Dalam Sebuah Dunia Paska Pandemi”. Tema ini sengaja dipilih karena pandemi COVID-19 telah mengakibatkan meningkatnya ketidakadilan dalam berbagai hal terutama terkait distribusi ekonomi, kesejahteraan, akses terhadap layanan kesehatan, perlindungan hukum dan inklusi di bidang politik. Sebuah realita yang umum dialami oleh orang-orang dengan autisme di berbagai belahan dunia dan menjadi semakin buruk dengan adanya COVID-19. Pandemi ini telah mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan. Bagi orang dengan autism, kondisinya menjadi jauh lebih parah, karena tanpa adanya COVID-19 pun, tidak mudah bagi mereka untuk mendapatkan kerja.
Sayangnya Teman Muda, penanganan autisme di Indonesia masih jauh dari memadai. Bahkan untuk mengetahui berapa jumlah orang dengan autisme saja, belum pernah dilakukan pendataan yang resmi. Informasi yang tersedia hanyalah data perkiraan saja berdasarkan kalkulasi yang berlaku bagi negara berkembang. Dengan kalkulasi umum tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) pada tahun 2018, memperkirakan ada 2,4 juta orang dengan autisme di Indonesia dengan penambahan kasus baru sekitar 500 per tahunnya.
Berhubung data yang pasti saja belum tersedia, maka dapat diduga perawatan, pengobatan dan dukungan bagi mereka yang autisme di Indonesia juga masih sangat terbatas. Padahal dengan merujuk perkiraan dari KPPPA, jumlah orang dengan autism di Indonesia itu cukup banyak hlo, Teman Muda. Memang sih, di beberapa kota besar seperti di Jakarta, Surabaya atau Bandung, pusat-pusat pelayanan dan dukungan bagi orang dengan autisme mulai bermunculan. Namun, mereka yang terkena autisme kan tidak hanya di kota besar saja. Sudah semestinya pemerintah mampu memberi perhatian yang lebih serius terhadap pencegahan dan penanganan penyakit autisme. Agar mereka yang terkena autisme tetap bisa berkontribusi dalam pembangunan negara ini.
Namun sebelumnya, apakah Teman Muda semua sudah paham apa sih yang dimaksud dengan penyakit autisme? Yuk kita sedikit mengenali lebih jauh apa sih autisme itu, agar jika ada orang dengan autism di sekitar kita, kita juga paham bagaimana cara kita harus bersikap, berempati dan memberi dukungan yang mereka butuhkan.
Autisme adalah penyakit kelainan perkembangan sistem syaraf pada otak seseorang yang kebanyakan disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan. Namun belakangan para ahli juga mengingatkan bahwa kondisi tertentu juga dapat mempengaruhi bayi yang dilahirkan menjadi autis seperti pada saat hamil, si ibu mengkonsumsi alkohol, terpapar polusi secara terus menerus atau terkena penyakit autoimun. Sayangnya hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan autisme.
Satu hal yang harus diingat, autisme ini bukan merupakan penyakit kejiwaan ya Teman Muda. Autisme adalah gangguan pada otak sehingga otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan mempengaruhi kemampuan orang tersebut dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi secafra efektif dengan orang lain. Gejala autis sendiri sebenarnya sudah dapat dikenal pada saat anak masih balita karena terlihat perkembangan perilaku mereka tidak sejalan dengan perkembangan anak pada umumnya. Gejala tersebut umumnya adalah:
- Tidak bisa memahami perasaan atau pemikiran orang lain
- Tidak mampu mengekspresikan apa yang dirasakannya
- Seringkali lebih memilih menyendiri dari pada berteman
- Menjadi emosional saat rutinitasnya terganggu atau berubah
Berdasarkan gambaran gejala umum di atas, cara menghadapi orang dengan autisme memang tidak bisa sembarangan di samping kita sendiri harus sabar dan memiliki pengertian yang tinggi. Jika ada anggota keluarga Teman Muda yang mengalami autis, maka Teman Muda jangan segan untuk mencari bantuan ya baik itu dalam hal informasi, sosial, emosional maupun dalam mempraktikkan perawatan yang dibutuhkan. Bantuan ini penting agar Teman Muda mampu mendampingi dan memberikan perhatian yang dibutuhkan tanpa merasa bingung apalagi sampai terbawa emosi atau memaksakan kehendak.
Sejujurnya, fokus Aliansi Remaja Independen memang bukan pada isu autisme. Namun bukan berarti kami yang ada di Aliansi Remaja Independen tidak peduli atau tidak bisa menjalin pertemanan dengan Teman Muda yang memiliki anggota keluarga dengan autisme. Minimal kami yang ada di sini sangat terbuka untuk berbagi, menjadi tempat curhat, membantu mencarikan dukungan yang tepat atau sekedar untuk tertawa dan menangis bersama. Oleh karena itu, yuk bergabung bersama Aliansi Remaja Independen. Silahkan hubungi ARI melalui WhatsApp di +6281281425249 atau hubungi kami di info@ari.or.id